Pencetus Harga Kopi Asalan Robusta 35.000/KG Ternyata Seorang Pemuda Dari Desa Batu Bandung Kepahiang Bengkulu

Liputansatunews.com – Siapa tau ucapan seorang anak muda Petani dan pemerhati perkopian Nasional asal Desa Batu Bandung Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang pada acara Pameran Apkasi tahun 2015 di Jakarta 9 tahun lalu menjadi nyata.

Pada saat forum Group diskusi ( FGD ) di mana para pembicara nya adalah ketua ketua AEKI ( Asosiasi Ekportir Kopi Indonesia) Bapak Irfan Anwar dan Bupati Kabupaten Benermeriah dan kementerian perdagangan.

Pada acara itu salah satu yg di bahas soal isu perkopian nasional, karena melemahnya harga kopi akibat ekport kopi menurun, permintaan luar negeri menurun, sehingga ber imbas pada harga kopi di tanah air, saat itu harga kopi di tingkat petani berkisar antara 15.000 SD 17.000/ kg untuk kopi robusta asalan.

Adi Sahid pemuda dari Desa Batu Bandung, yang saat itu hadir dalam forum diskusi tersebut, dalam sesi tanya jawab, memaparkan pendapat kepada para peserta dan pembicara dalam ruang diskusi tersebut,

Adi Sahid menyampaikan kepada peserta saat itu, kalau kita kaji dengan sebenarnya mungkin kopi Indonesia ini tidak usah di ekport pun bisa jadi kopi petani Indonesia ini akan tetap habis terjual, kita bisa lihat besarnya kebutuhan kopi dalam negeri, sepertinya jumlah suplai perkopian di Indonesia saja masih kurang jika kita singkronkan dengan jumlah produksi kopi Indonesia per tahun atau permusim pada tahun 2015 sekitar 639,4 ribu ton berdasarkan data BPS

Dari data perkebunan tidak semua provinsi di Indonesia menghasilkan kopi atau ada perkebunan kopi, Provinsi penghasil kopi di Indonesia tidak sampai seper empat dari semua provinsi yang ada di Indonesia, provisi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan kopi robusta terbanyak di Sumatra, dari semua provinsi yang di Indonesia juga tidak semua kabupaten yang menghasilkan kopi, seperti Provisi Bengkulu pusat perkopian di dominasi oleh beberapa kabupaten saja seperti kabupaten Kepahiang, RejangLebong, Lebong, Benteng, dan beberapa kabupaten wilayah Bengkulu Selatan, begitu juga kecamatan dan desa.

Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270jt jiwa saat itu kalaulah 30% saja minum kopi setiap hari dua gelas, jika dalam 1 gelas saja menghabiskan bubuk kopi sebnyak 15 gr, maka kita dapat hitung brapa puluh juta gelas kopi di minum setiap hari, jika di jumlahkan berapa Ribu Ton kopi bubuk yang habis di minum setiap hari di dalam negeri,tinggal kita kalikan saja per bulan dan pertahun ungkap Adi.

Kemudian jika Kita kalkulasi dengan jumlah produksi kopi green Bean Indonesia pertahun,rasa nya tak perlu di ekpor kopi petani ini bisa di jual lebih mahal ucap Adi saat itu pada acara tersebut, jadi sebenarnya tidak ada alasan kopi di tingkat petani ini tetep harga rendah,
dari sepengetahuan saya mulai tahun 90an harga kopi ini selalu tidak pernah mengalami peningkatan harga yg signifikan, kalau kita kaji dengan perhitungan Harga kopi dalam gelas seharus nya harga kopi udah harus meningkat atau naik, tahun 90an harga kopi 1 gelas , 500,- nah tahun 2015 hargo kopi segelas sudah 8.000 SD 20.000/ gelas, terjadi ke naik an berapa ratus bahkan ribuan % , masa harga kopi green Bean petani tetap harga yg sama setelah berpuluh tahun, pungkas Adi dalam diskusi tersebut,

Dalam Forum diskusi tersebut, salah satu pembicara bertanya kepada Adi Sahid, menurut saudara brapa harga kopi yang pantas untuk petani, agar mereka bisa merasakan dampak langsung dari hasil perkebunan kopi nya…dengan replek Adi Sahid jawab Rp. 35.000/kg, itu dalam kondisi asalan untuk robusta jawab Adi, kalau dengan harga itu barulah petani mulai bisa merasa jerih payah bertani kopi nya satu tahun, Sebab kopi dipanen setahun sekali..

Hari ini kopi sudah tembusan di angka itu harga 35.000, Adi sahid merasa senang, mungkin harga ini akan membuat petani kopi merasa jerih payahnya bertani bisa terbayar kan, namun kita belum tau apakah akan bertahan lama atau tidak. Kalau hanya sebentar saja, belum tentu akan merubah persoalan per ekonomian Masyarakat perkopian.,Kita berharap kopi ini tidak turun lagi tetap dengan harga dasar bertahan di angka 35.000/kg.

Adi sahid adalah anak desa yang selalu Kosen dan Istikomah memperjuangkan dan memperkenalkan kopi dari Bengkulu, terkhusus dari desa batu Bandung, kecamatan muara Kemumu kabupaten Kepahiang, di mana desa ini merupakan salah satu Desa yang hampir 100% penduduk nya adalah petani kopi,

Adi Sahid berharap agar petani mendapatkan harga lebih tinggi dalam menjual kopi hasil perkebunan nya, Berbagai cara yang telah di lakukannya agar petani dapat harga yg tinggi, tidak hanya mengikuti berbagai kegiatan perkopian baik tingkat nasional maupun forum diskusi international, selain itu juga Adi sahid mulai mengajak masyarakat perkopian membuat kopi berkualitas, membuat kopi menjadi produk jadi, dan membuat kopi dengan desain2 tertentu, misal membuat kopi ke arifan lokal, hal ini semua demi sebuah tujuan agar kopi masyarakat mendapatkan harga tinggi tutup Adi.(rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *